373 research outputs found

    Penanganan Permasalahan Lalulintas Di Kota Pekalongan Dengan Menggunakan Program Emme/2

    Full text link
    Program EMME/2 (equilibre multimodal, multimodal equilibrium) merupakan program pemodelan jaringan jalan yang sangat flexibel digunakan untuk implementasi dan aplikasi dalam perencanaan dan manajemen lalulintas perkotaan maupun regional, dilengkapi dengan fungsi dan atribut untuk memberikan perilaku tertentu pada jaringan jalan. Penelitian ini mencoba melakukan kajian mengenai penanganan permasalahan lalulintas di Kota Pekalongan terhadap permasalahan lalulintas yang ada, melalui skenario simulasi pemecahan masalah dengan pemodelan lalulintas dengan menggunakan Program EMME/2. Penanganan dilakukan dengan lima skenario, yaitu skenario pengaturan sudut parkir di tepi jalan (on street parking), skenario pengaturan arus lalulintas jalan satu arah, skenario pelebaran jalan, skenario pembuatan jalan lingkar utara, dan skenario pembuatan jalan lingkar selatan. Hasil pemodelan kondisi sekarang (existing) menunjukkan bahwa ruas jalan yang bermasalah dengan tingkat rasio V/C lebih besar dari 0,85 terjadi pada Jln. Gajahmada, Jln. Urip Sumoharjo, Jln. Merdeka, Jln. Pemuda, Jln. KH. Mas Mansyur, Jln. Sudirman, Jln. Setia Budi, Jln. Dr. Sutomo, Jln. Hayam Wuruk, Jln. Hasanudin, Jln. Sultan Agung, Jln. Manggis, Jln. Nusantara, Jln. Seruni, Jln. Jlamprang, dan Jln. Dharma Bakti. Hasil pemodelan skenario pengaturan sudut parkir dari 45° menjadi 0° akan menurunkan rasio V/C dan meningkatkan kecepatan perjalanan pada ruas jalan yang diatur, tetapi berdampak terhadap penurunan kinerja jalan lain, yaitu Jln. KH. Mas Mansyur, Jln. Urip Sumoharjo, Jln. Seruni, Jln. Jlamprang, Jln. Sudirman, Jln. Dharma Bhakti, Jln. Dr. Sutomo dan Jln. Pemuda. Skenario pengaturan jalan satu arah juga akan menaikkan kinerja jalan terhadap ruas jalan yang diatur, tetapi berdampak terhadap penurunan kinerja ruas jalan lain, yaitu Jln. KH. Mas Mansyur, Jln. Jend. Sudirman, Jln. Urip Sumoharjo, Jln. Gajahmada, Jln. Dr. Setia Budi, Jln. Seruni, Jln. Jlamprang, dan Jln. Dharma Bhakti. Skenario pelebaran jalan akan menaikkan kapasitas jalan sehingga terjadi penurunan rasio V/C pada ruas jalan yang dilakukan pelebaran, tetapi berdampak terhadap ruas jalan lain, yaitu di Jln. Nusantara, Jln. Merdeka, dan Jln. Argopuro dengan rasio V/C ratio lebih besar dari 0,85. Skenario pembuatan jalan lingkar selatan lebih baik daripada pembuatan jalan lingkar utara namun demikian pembuatan kedua jalan lingkar tersebut akan mengurangi permasalahan lalulintas pada ruas jalan nasional (Pantura). Kata

    Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Permainan Bola Estafet Di Tpa Permata Bunda Semarang Tahun Ajaran 2015/2016

    Get PDF
    Permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini adalah apakah permainan bola estafet dapat meningkatkan keterampilan sosial anak? Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatan keterampilan sosial anak melalui permainan bola estafet di TPA Permata Bunda Semarang. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Populasi dalam penelitian inia adalah anak TPA permata Bunda usia 4-5 tahun dengan jumlah 15 orang teknik pengumpulan data berupa observasi mengenai keterampilan sosial anak, dan wawancara terhadap guru kelas anak. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui keterampilan sosial anak.Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dalam keseluruhan pembahasan dan analisis yang telah dilakukan dapat dibuktikan bahwa permainan bola estafet dapat meningkatkan keterampilan sosial pada anak usia 4-5 tahun TPA Permata Bunda Semarang tahun ajaran 2015/2016. Hal tersebut ditandai dari peningkatan nilai rata-rata pada kondisi awal rata-rata hasil nilai anak 2,3 dengan persentase hasil belajar sebesar 40% kemudian pada siklus I hasil belajar anak 2,6 dan persentase 60 % sehingga dapat dikatakan terjadi peningkatan pada siklus I. Pada siklus II hasil belajar anak sebesar 2,9 dengan persentase meningkat menjadi 87 %.Saran yang dapat peneliti sampaikan hendaknya pendidik melakukan permainan bola estafet untuk meningkatkat ketermpilan sosial anak. Bagi Kepala Sekolah lebih memotivasi guru agar memiliki motivasi dalam menerapkan model-model pembelajaran yang bermakna. Selebihnya, pemberian kesempatan untuk mengikuti penataran, workshop, dan sejenisnya kepada guru perlu mendapat perhatian

    Diabetic Retinopathy - A Case Study

    Get PDF
    Diabetes Mellitus is a common disorder in which there is high blood sugar level over a prolonged period and occurs in one of two forms : Type 1 or insulin dependent Diabetes Mellitus (IDDM) and Type 2 Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Diabetic Retinopathy is most common and serious complication of diabetes and changes in the retina are observed by 10 years of Diabetes history or even earlier due to modified life style in present era. In Ayurveda, there is no direct reference for Diabetic Retinopathy. But the symptoms explained are correlated with Timira. Pujyapada Muni in his work “Netra Prakashika” explains Timira as the Upadrava of Madhumeha

    Crop-Cattle Integrated Farming System: An Alternative of Climatic Change Mitigation

    Get PDF
    An integrated farming system is one of the alternatives for climatic change mitigation. This paper reports the application of corn-cattle based integrated farming system in Agrotechno Park Center of Palembang, and discusses its impact on CO2 fixation and the reduction of methane emissions. The study was based on the data of the first 6 yr from 2003 until 2009. The CO2 fixed in the soil and plants was determined based on the content of organic C which was multiplied by the index of 3.67. The methane gas produced by Balinese cattle and its dung was observed and modified into feed rations. The results showed that soil organic C increased from 40.80 tons C/ha in the 1st yr to 66.40 tons C/ha in the 6th yr. In addition, there was organic C fixation equivalent to 93.95 tons of CO2e. Corn biomass increased from 6.67 tons/ha to 18.66 tons/ha, equivalent to an increase in the fixation of atmospheric CO2e as much as 19.80 tons CO2e/ha. The supplementation of 60%-80% grass fodder with concentrate lowered the concentration of methane gas in cattle breathing by 28.7%, from 617 ppm to 440 ppm, while the methane emissions from cattle manure decreased by 31%, from 1367 mL/head/d to 943 mL/head/d. Installing a bio digester that generates biogas served to accommodate methane gas emissions from cattle dung and used it for bioenergy. Composting reduced the formation of methane gas from cattle manure through a regular process of turning over that gives aeration and forms aerobic condition in the heap of cattle dung. Recycling produces a variety of organic products that store carbon for a longer period of time and slowed the conversion of organic C into CO2. This study showed that the diverse activities of an integrated crop-cattle farming could be an alternative solution to climatic change mitigation.Key words: integrated farming, mitigation, organic C, methane, recyclin

    Homogenitas dan Stabilitas Kit ELISA OTA, serta Aplikasinya untuk Mendeteksi Okratoksin A pada Pakan Unggas

    Get PDF
    Okratoksin A (OTA) adalah salah satu mikotoksin berbahaya yang dihasilkan oleh kapang Aspergillus sp. dan Penicillium sp yang sering mengkontaminasi produk pertanian. Mikotoksin ini bersifat nefrotoksik, imunotoksik, teratogenik, karsinogenik, neurotoksik dan genotoksik pada manusia dan hewan ternak. Untuk mengetahui tingkat kontaminasi OTA dibutuhkan teknik deteksi yang sensitif, cepat, akurat dan ekonomis. Pada penelitian sebelumnya telah dihasilkan kit ELISA berbasis antibodi polikonal untuk mendeteksi OTA pada bahan pakan ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui homogenitas dan stabilitas KIT ELISA OTA yang dikembangkan dengan format kompetitif langsung (dc-ELISA), serta keragaannya dalam mendeteksi OTA pada pakan unggas. Uji homogenitas dilakukan terhadap 10 kit, sedangkan uji stabilitas dilakukan terhadap 3 kit yang disimpan selama 0, 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, dan 40 minggu dalam lemari pendingin (4-8 oC). Analisis statistik dengan uji F menunjukkan bahwa 10 kit ELISA OTA yang diuji memberikan hasil yang homogen (Fhitung < Ftabel). Hasil uji stabilitas terhadap 3 kit ELISA OTA tidak menunjukkan perubahan yang berarti selama masa penyimpanan (stabil). Kit juga menunjukkan konsistensi yang baik dalam mendeteksi OTA pada pakan dan bahan pakan ternak unggas. Pengujian sampel lapang menggunakan kit ELISA tersebut menunjukkan bahwa seluruh sampel asal Jawa Barat dan Lampung terkontaminasi OTA dengan rataan konsentrasi masih di bawah batas ambang residu (BMR) untuk ternak unggas, yaitu 100 ppb. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kit ELISA yang dikembangkan memiliki homogenitas dan stabilitas yang memenuhi persyaratan, serta dapat diaplikasikan untuk mendeteksi OTA pada pakan ternak unggas

    Herb Leaves Recognition using Gray Level Co-occurrence Matrix and Five Distance-based Similarity Measures

    Get PDF
    Herb medicinal products derived from plants have long been considered as an alternative option for treating various diseases.  In this paper, the feature extraction method used is Gray Level Co-occurrence Matrix (GLCM), while for its recognition using the metric calculations of Chebyshev, Cityblock, Minkowski, Canberra, and Euclidean distances. The method of determining the GLCM Analysis based on the texture analysis resulting from the extraction of this feature is Angular Second Moment, Contrast, Inverse Different Moment, Entropy as well as its Correlation.  The recognition system used 10 leaf test images with GLCM method and Canberra distance resulted in the highest accuracy of 92.00%. While the use of 20 and 30 test data resulted in a recognition rate of 50.67% and 60.00%

    Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif Melalui Pendekatan in House Training Berbasis Kearifan Budaya Lokal

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran inovatif di Pos PAUD berbasis kearifan budaya lokal. Penelitian ini difokuskan pada Pos PAUD Binaan KKN IKIP PGRI Semarang di Kota Semarang. Pengembangan model pembelajaran inovatif di Pos PAUD ini diawali dari studi penelitian pendahuluan yang dilakukan selama program KKN berlangsung bahwa banyak permasalahan yang dihadapi oleh para kader/tutor Pos PAUD terkait dengan kualitas pembelajaran, kurangnya dana dan sarana prasarana (alat permainan edukatif). Melalui pendekatan in house training (IHT) pada pos-pos PAUD se Kota Semarang khususnya pos PAUD binaan KKN IKIP PGRI Semarang diharapkan ada keberlanjutan program antara Pos PAUD yang dirintis dengan IKIP PGRI Semarang selaku penggagas rintisan Pos PAUD tersebut. Hal ini sebagai salah satu bentuk tanggung jawab atau konstribusi IKIP PGRI Semarang untuk mencerdaskan masyarakat.Sebagai tindak lanjut program pasca KKN untuk memberikan layanan edukasi pada para kader/tutor pos paud tentang pengembangan model pembelajaran inovatif berbasis kearifan budaya lokal. Adanya penerapan layanan IHT diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pedagogis para tutor yang nantinya akan mengarah pada kompetensi profesionalnya sehingga terwujud layanan PAUD yang paling murah, mudah & berkualias. Metode Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R & D) research) yang menggunakan prosedur kerja dari model Kemmis dan Taggart (1988).Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya meningkatkan kompetensi tutor/pendidik paud dalam merancang model pembelajaran yang inovatif berbasis kearifan budaya lokal, yaitu jika pada siklus I (asesmen awal) mempunyai nilai rata-rata antara 1 s.d 1,9 sedangkan pada siklus II mempunyai nilai rata-rata antara 2,7 s.d 3,6. Hasil nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan guru dalam merancang model pembelajaran inovatif berbasis kearifan budaya lokal melalui pendekatan in house training.Peningkatan kemampuan pendidik tersebut secara kualitatif dapat dideskripsikan sebagai berikut: a). Pendidik sudah menentukan tema pembelajaran yang sesuai potensi lokal; b). Tema-tema yang dipilih sudah berbasis kearifan budaya lokal; c) Adanya kesesuaian antara indikator dengan materi pembelajaran; d) Adanya kesesuaian antara tema dengan kegiatan pembelajaran; e) Adanya keterpaduan antara materi pembelajaran dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan anak; f) Media pembelajaran (APE) sudah memanfaatkan potensi budaya lokal
    corecore